Kabar tentang seorang pria bernama Slamet yang disebut-sebut mengikuti trik dari TikTok
saat bermain Mahjong Ways 2 dan kemudian meraih jackpot sebesar 40 juta mendadak menjadi viral. Cerita ini memicu rasa penasaran banyak pengguna media sosial dan memunculkan perdebatan tentang apakah trik tersebut benar-benar ampuh.
Cerita ini bermula dari unggahan video TikTok yang menampilkan pola bermain tertentu. Beberapa hari kemudian, sebuah akun lain memposting cerita bahwa Slamet mencoba pola tersebut dan menang besar. Kisah ini menyebar cepat karena dipadukan dengan narasi dramatis dan angka nominal yang fantastis.
Warganet terpecah menjadi dua kubu: ada yang percaya bahwa trik itu memang efektif, dan ada pula yang skeptis serta menganggapnya hanya kebetulan. Banyak komentar mempertanyakan keaslian bukti kemenangan yang ditampilkan di video.
Menurut seorang analis game daring, tidak ada pola atau trik khusus yang bisa mengubah hasil permainan. Permainan seperti Mahjong Ways 2 dikendalikan oleh RNG yang memastikan setiap putaran independen dan acak,
jelasnya. Ia menambahkan bahwa keberhasilan yang ditampilkan di media sosial biasanya adalah momen langka yang diunggah untuk konten.
Konten video pendek yang memperlihatkan kemenangan spektakuler mendapat banyak perhatian dan interaksi. Algoritme media sosial kemudian mendorong konten tersebut ke audiens yang lebih luas sehingga memberi kesan bahwa peristiwa itu sering terjadi, padahal kenyataannya jarang.
Banyak pemain pemula yang tergoda mencoba trik serupa karena percaya dapat mengulangi hasil yang sama. Hal ini dapat memicu ekspektasi yang keliru dan berpotensi membuat mereka kecewa. Pakar literasi digital menyarankan agar publik tidak menganggap konten viral sebagai panduan nyata.
“Slamet Pakai Trick dari TikTok Untuk Bermain Mahjong Ways 2 dan Mendapatkan Jackpot 40jt” hanyalah fenomena viral yang memicu rasa penasaran publik. Hingga kini tidak ada bukti bahwa trik yang disebut dalam video TikTok dapat memengaruhi hasil permainan. Cerita ini menjadi pengingat agar kita lebih kritis dan tidak mudah terpengaruh klaim di media sosial.